Generasi milenial dakwah hari ini
mungkin tak terlalu mengenalnya.
Tapi bagi mereka yang telah menjejak dakwah
sejak tahun 90-an (bahkan jauh sebelumnya),
nama syekh ini cukup familiar dan populer.
Syekh ‘Abdurrahman bin ‘Abd al-Khaliq.
Negeri asalnya adalah bumi Kinanah, Mesir.
Sepenamatannya dari Universitas Islam Madinah
beliau ke Kuwait menapaki jalan dakwah;
merintis sebuah “era baru” Dakwah Salafiyah.
Jika engkau pernah mendengar sebuah lembaga
bernama: Ihya’ al-Turats,
maka beliau adalah salah satu perintisnya.
Tak terkiralah berapa banyak kebaikan
telah dijejakkan oleh lembaga itu
di segenap penjuru dunia, termasuk negeri ini.
Di Kuwait sendiri,
nyaris tidak ada yang mampu mengingkari
jasa besar Syekh ini dalam dakwah,
terutama dalam membumikan dakwah Salafiyah
secara lebih cemerlang.
***
Di Madinah dahulu,
saat studi di Fakultas Syariah,
ternyata beliau seangkatan, bahkan sekelas
(bahkan kalau tidak salah:
sempat berdamping bangku duduk)
dengan salah seorang tokoh penting
dalam sejarah “Salafi” kontemporer:
Syekh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali…
Maka,
saat fitnah dakwah mengharu-biru di kancah dakwah
sesaat setelah Perang Teluk di tahun 90-an meletup,
beliau termasuk salah seorang ulama yang prihatin
saksikan “sebagian ulama dan du’at” tercelup-tenggelam
dalam fitnah “tashnif al-nas” (labelisasi sesama da’i dengan
label-label baru) dan “gampang membid’ahkan sesama Ahl al-Sunnah”;
Syekh ‘Abdurrahman bin ‘Abd al-Khaliq -rahimahullah-
termasuk yang prihatin sedalam-dalamnya,
hingga beliau melibatkan diri dalam polemik sepenuh adab,
“mendebat” kawan sekelasnya dahulu di Madinah:
Syekh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali…
Tidaklah heran kemudian,
Beliau pun termasuk satu nama yang menjadi
korban fitnah dan bullying
“anak-anak ingusan” di jalan dakwah ini!
Selain label “Sururi”, “Quthbi”, “Hizbi”,
mungkin Anda juga pernah mendengar label “Turatsi”.
Yah, “Turatsi” adalah nisbat kepada “Ihya’ al-Turats”;
lembaga dakwah yang beliau rintis,
dan sudah banyak yang menikmati manfaatnya.
Tapi sudahlah…
Tidak usah diulas panjang tentang ini.
Toh, kelak akan ada Yaumil Hisab.
***
Salah satu karya fenomenal beliau
yang awal-awal saya punyai adalah
sebuah buku saku kecil nan tipis,
tapi saya yakin buku kecil itu telah
berhasil melahirkan ribuan penghafal al-Qur’an,
atau setidaknya memotivasi banyak hamba
untuk menghafalkan al-Qur’an.
Judulnya adalah
“al-Qawa’id al-Dzahabiyyah fi Hifzh al-Qur’an wa Tadabburihi”
(Kaidah-kaidah Emas dalam Menghafal dan Mentadabburi al-Qur’an).
(Versi Arabicnya silahkan donlot di sini:
https://books.islamway.net/1/abdulkhaliq/book12.pdf )
***
Kemarin,
Bertepatan 29 September 2020,
setelah sakit yang cukup lama,
pada usia 81 tahun yang penuh dengan kebaikan,
penuh dengan gerak-juang di jalan dakwah,
Syekh Abdurrahman bin Abdul Khaliq wafat.
Rahimahullah rahmatan waasi’ah…
Akhukum,
Muhammad Ihsan Zainuddin
Jangan lupa gabung di Telegram:
https://t.me/IhsanZainuddin
juga di Instagram:
https://www.instagram.com/m.ihsanzainuddin/
NB:
JEJAK KEBAIKAN APA YANG AKAN KITA UKIR?
Di tengah kesulitan kita masing-masing,
Tidakkah Anda berpikir untuk tetap berbuat baik?
Apakah kita masih bisa memilih
untuk menolong saudara-saudara kita lain?
Salah satu mereka adalah:
Para penuntut ilmu yang
harus tetap belajar agama,
sambil mencari nafkah.
Itulah kisah awal-mulanya hingga
Insya Allah, pada pertengahan Oktober 2020:
KuliahIslamOnline.com bersama Kiolapak.com
meluncurkan Program Beasiswa “ARBAINPRENEUR”.
Program ini akan memadukan pembelajaran
Kitab Hadits Arba’in Nawawiyah
dan Materi-materi “OnlinePreneur Academy”
untuk membekali para pembelajar ilmu syar’i
dengan skill berbisnis online.
Artinya:
Jika Anda berperan dalam kebaikan ini,
Anda akan membantu para penuntut ilmu ini
belajar ilmu agama
sambil mengasah skill mereka berbisnis online.
Program ini akan berlangsung sekitar 42 hari, insya Allah.
Segera kirimkan BEASISWA ANDA di sini:
https://www.kuliahislamonline.com/beasiswa-arp/