Ada ungkapan seperti ini:
“Kasihanilah orang yang dagangannya meleleh…”
Apa maksudnya?
***
Konon…
Itu adalah ungkapan seorang pria miskin
yang berjualan es balok di musim panas.
Ia tak punya modal lain selain sebalok es itu sahaja.
Maka ia pun memelas kasih dengan berucap:
“Tuan dan puan…
Kasihanilah orang yang dagangannya terus meleleh ini!”
Tidak terbayangkan:
Betapa menyedihkan nasib pria miskin itu.
Bagaimana kisah nasibnya di penghujung hari:
jika balok es itu terus saja meleleh dan menguap,
tapi tak ada sesiapapun yang membelinya?
Kasihan, sungguh kasihan…
***
Tapi sadarkah kita:
Bahwa “pria penjual es balok” itu
adalah kita sendiri?
Dan “es balok” kita adalah usia yang Allah berikan.
Betapa usia kita terus saja meleleh dan menguap,
Hingga habis tak tersisa,
dan kita gagal menemukan “Pembeli” terbaik
dengan “harga terbaik”.
Jika “Pembeli terbaik” itu hanya Allah,
dan “harga terbaik” itu adalah Surga Firdaus:
betapa buruknya perdagangan kita,
yang selalu menerima tawaran Syetan
melewati waktu dan usia dalam kelalaian.
“Es balok” usia kita terus meleleh
dan menguap dalam maksiat yang gelap.
Duhai, bukankah jika begitu adanya:
Kita lebih layak dikasihani
daripada pria penjual es balok itu?
“Kasihanilah orang yang dagangannya
terus meleleh ini, Tuan dan Puan…”
Akhukum,
Muhammad Ihsan Zainuddin
https://t.me/IhsanZainuddin (Telegram)