AKU TIDAK TAHU…

  • 2 min read
  • Nov 12, 2021

 

Al-Imam Sahnun bin ‘Abd al-Salam

-semoga Allah merahmatinya selalu-,

seorang pemuka Mazhab Malikiyah,

pernah bertutur:

 

“Dahulu,

seorang (ulama) yang telah berlalu

hendak berbicara menyampaikan sepatah kalimat,

yang andai ia mengucapkannya

niscaya banyak manusia yang mendapat manfaat.

Namun ia menahannya,

dan tidak menuturkannya,

kerna khawatir (mengucapnya) untuk berbangga diri.

 

Namun, jika ia lalu merasa takjub dengan diamnya,

ia pun berbicara.

Beliau mengatakan:

‘Manusia yang paling berani berfatwa itu

adalah dia yang paling sedikit ilmu!”

 

(Siyar A’lam al-Nubala, 8/30)

 

***

 

Khalifah mulia yang menawan,

Umar bin ‘Abd al-‘Aziz rahimahullah

pernah berucap:

مَن قال لا أدري

فقد أحرز نصفَ العلم

 

“Siapa yang berucap:

‘Aku tidak tahu’,

maka ia telah menyimpan setengah ilmu’.”

 

(Umar bin ‘Abd al-‘Aziz)

 

***

 

Jauh sebelum mereka berdua yang mulia itu,

Sahabat mulia, ‘Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu

pernah bertutur:

 

وأبردُها على الكبد

إذا سُئلتُ عمَّا لا أعلم

أن أقول: الله أعلم

“Yang paling menyejukkan hati adalah:

jika aku ditanya tentang apa yang tak kuketahui,

lalu aku menjawab:

Allahu a’lam’.”

 

(Siyar A’lam al-Nubala’, 2/191)

 

***

 

Hari ini,

betapa merdeka kita

dengan segenggam android di tangan.

 

Hari ini,

di atas kepingan android itu:

setiap kita sungguh merdeka

menuliskan apa saja di benaknya

tanpa pusing pertanggungjawabannya.

 

Hari ini,

setiap kita sungguh merdeka

membagikan apa saja yang hinggap di gagdetnya

tanpa pusing kebenarannya.

 

Itulah keanehannya yang ajaib!

 

Kita tidak tahu benar-tidaknya.

Kita tidak pasti valid-tidaknya.

Kita ragu karena tak pernah buktikannya.

Hanya “katanya begini”, “katanya begitu”.

Tapi kita tak pernah jantan:

mengakui “ketidaktahuan” itu,

lalu karenanya: menahan diri

untuk tidak menuliskan,

untuk tidak membagikan,

apalagi sampai memperjuangkannya!

 

Ah,

Akhirnya aku sadar kembali:

betapa kejahilan dan kebodohan

memang selalu melahirkan

“keajaiban-keajaiban” yang membinasakan.

 

 

***

 

Ah,

Betapa sulitnya kita untuk memahami

bahwa:

Jika “Aku tidak tahu” adalah separuh ilmu,

maka mereka yang tak payah dan malu

untuk berujar: “Aku tidak tahu”

sungguh adalah pemilik separuh ilmu itu.

 

Sementara yang gengsi dan malu mengucapnya,

segan mengakui ketidaktahuan diri,

berarti ia telah kehilangan separuh ilmu itu,

meski manusia menyebutnya “Tuan Guru”.

 

 

Akhukum,

Muhammad Ihsan Zainuddin

https://t.me/IhsanZainuddin (Telegram)

https://www.instagram.com/m.ihsanzainuddin/

 

 

Related Post :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *