Al-Imam Sahnun bin ‘Abd al-Salam
-semoga Allah merahmatinya selalu-,
seorang pemuka Mazhab Malikiyah,
pernah bertutur:
“Dahulu,
seorang (ulama) yang telah berlalu
hendak berbicara menyampaikan sepatah kalimat,
yang andai ia mengucapkannya
niscaya banyak manusia yang mendapat manfaat.
Namun ia menahannya,
dan tidak menuturkannya,
kerna khawatir (mengucapnya) untuk berbangga diri.
Namun, jika ia lalu merasa takjub dengan diamnya,
ia pun berbicara.
Beliau mengatakan:
‘Manusia yang paling berani berfatwa itu
adalah dia yang paling sedikit ilmu!”
(Siyar A’lam al-Nubala, 8/30)
***
Khalifah mulia yang menawan,
Umar bin ‘Abd al-‘Aziz rahimahullah
pernah berucap:
مَن قال لا أدري
فقد أحرز نصفَ العلم
“Siapa yang berucap:
‘Aku tidak tahu’,
maka ia telah menyimpan setengah ilmu’.”
(Umar bin ‘Abd al-‘Aziz)
***
Jauh sebelum mereka berdua yang mulia itu,
Sahabat mulia, ‘Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu
pernah bertutur:
وأبردُها على الكبد
إذا سُئلتُ عمَّا لا أعلم
أن أقول: الله أعلم
“Yang paling menyejukkan hati adalah:
jika aku ditanya tentang apa yang tak kuketahui,
lalu aku menjawab:
‘Allahu a’lam’.”
(Siyar A’lam al-Nubala’, 2/191)
***
Hari ini,
betapa merdeka kita
dengan segenggam android di tangan.
Hari ini,
di atas kepingan android itu:
setiap kita sungguh merdeka
menuliskan apa saja di benaknya
tanpa pusing pertanggungjawabannya.
Hari ini,
setiap kita sungguh merdeka
membagikan apa saja yang hinggap di gagdetnya
tanpa pusing kebenarannya.
Itulah keanehannya yang ajaib!
Kita tidak tahu benar-tidaknya.
Kita tidak pasti valid-tidaknya.
Kita ragu karena tak pernah buktikannya.
Hanya “katanya begini”, “katanya begitu”.
Tapi kita tak pernah jantan:
mengakui “ketidaktahuan” itu,
lalu karenanya: menahan diri
untuk tidak menuliskan,
untuk tidak membagikan,
apalagi sampai memperjuangkannya!
Ah,
Akhirnya aku sadar kembali:
betapa kejahilan dan kebodohan
memang selalu melahirkan
“keajaiban-keajaiban” yang membinasakan.
***
Ah,
Betapa sulitnya kita untuk memahami
bahwa:
Jika “Aku tidak tahu” adalah separuh ilmu,
maka mereka yang tak payah dan malu
untuk berujar: “Aku tidak tahu”
sungguh adalah pemilik separuh ilmu itu.
Sementara yang gengsi dan malu mengucapnya,
segan mengakui ketidaktahuan diri,
berarti ia telah kehilangan separuh ilmu itu,
meski manusia menyebutnya “Tuan Guru”.
Akhukum,
Muhammad Ihsan Zainuddin
https://t.me/IhsanZainuddin (Telegram)
https://www.instagram.com/m.ihsanzainuddin/